Peristiwa

Brutal! Aparat Cekik dan Hancurkan Barang Pribadi Pemimpin Redaksi Floresa

80
×

Brutal! Aparat Cekik dan Hancurkan Barang Pribadi Pemimpin Redaksi Floresa

Share this article
Brutal! Aparat Cekik dan Hancurkan Barang Pribadi Pemimpin Redaksi Floresa
(Ilustrasi) Brutal! Aparat Cekik dan Hancurkan Barang Pribadi Pemimpin Redaksi Floresa

Lintassulawesi.com– Herry Kabut, Pemimpin Redaksi Floresa, menjadi korban kekerasan aparat saat meliput aksi unjuk rasa warga di Poco Leok, Kabupaten Manggarai, pada Rabu, 2 Oktober 2024.

Dalam peristiwa tersebut, Herry mengalami beberapa tindakan kekerasan, termasuk perampasan ponselnya oleh polisi yang kemudian memeriksanya.

Sebagai bentuk tanggung jawab untuk memberikan informasi yang jelas kepada publik, floresa.co mempublikasikan kronologi yang ditulis oleh Herry mengenai peristiwa tersebut.

Langkah ini diambil agar publik dapat memperoleh informasi yang transparan tentang apa yang dianggap sebagai ancaman serius terhadap kerja-kerja jurnalistik.

Kronologi Penangkapan Herry Kabut

Herry ditangkap oleh aparat keamanan sekitar pukul 14.37 WITA dan baru dilepaskan pada pukul 18.00 WITA.

Pada hari yang sama, Herry berangkat menuju Poco Leok, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, setelah mendapatkan informasi bahwa tiga warga adat Poco Leok ditangkap oleh aparat keamanan dalam aksi unjuk rasa menolak proyek geotermal. Informasi tersebut mendorong Herry untuk meliput aksi itu.

Warga dari sepuluh kampung adat di wilayah tersebut melakukan aksi yang mereka sebut sebagai “jaga kampung.”

Aksi tersebut berlangsung di titik pengeboran (wellpad D) di Lingko Tanggong, yang merupakan bagian dari tanah ulayat Gendang Lungar.

Herry berangkat dari Ruteng sekitar pukul 13.10 WITA dan tiba di Lingko Tanggong sekitar pukul 14.00 WITA.

Setibanya di lokasi, situasi sudah tenang, dan warga tidak lagi berkonfrontasi dengan aparat keamanan.

Mereka tampak duduk santai setelah makan siang, dan beberapa warga menyapa Herry saat tiba.

Herry mulai memotret situasi di lokasi itu, dan tidak ada aparat keamanan, PT PLN, maupun pemerintah yang menegur atau mengimbau untuk tidak mengambil foto dan video.

Herry mengambil sepuluh gambar, dengan foto terakhir menunjukkan tiga warga dan dua polisi wanita yang duduk di dalam mobil keranjang.

Saat Herry mengambil gambar tersebut, seorang polisi wanita (Polwan) memanggilnya dan meminta Herry untuk naik ke dalam mobil.

Polwan itu kemudian menanyakan tujuan Herry mengambil foto. Herry menjawab bahwa dia adalah seorang jurnalis dari media Floresa dan kemudian diminta untuk menunjukkan ID card.

Herry menjelaskan bahwa dia tidak membawa kartu pers, tetapi memiliki surat tugas yang bisa membuktikan bahwa dia adalah Pemimpin Redaksi Floresa.

Tiba-tiba, beberapa anggota polisi, baik yang berseragam maupun berpakaian bebas, mendatangi mobil dan meminta Herry untuk turun. Mereka menuduh Herry naik ke mobil itu tanpa izin.

“Saya menjelaskan bahwa saya naik karena diminta oleh polisi wanita. Namun, mereka memotong pembicaraan dan memaksa saya turun. Saat saya turun, seorang aparat langsung mengunci leher saya, sementara yang lain menggiring saya sejauh sekitar 50 meter dari mobil tersebut,” kata Herry, dikutip dari floresa.co pada Jumat (4/10/2024).

Meskipun Herry berulang kali menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang jurnalis, aparat kepolisian tetap tidak mempercayainya. Mereka bahkan meminta untuk memeriksa website Floresa sebagai upaya membuktikan identitas Herry.

Namun, alih-alih menerima penjelasannya, mereka terus-menerus menuntut agar Herry menunjukkan kartu pers. Situasi semakin memburuk ketika mereka mulai memukulnya dan menggiringnya ke samping mobil milik TNI.

“Di samping mobil, mereka mengunci leher saya, mencekik, meninju wajah dan kepala saya, serta menendang beberapa bagian tubuh saya. Beberapa aparat, wartawan berinisial TJ, dan anggota polisi intel yang mengaku sebagai ‘anak media’ terlibat dalam pemukulan tersebut,” jelasnya.

Wartawan Inisial TJ dan Anggota Polisi Ikut Memukul

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *